Thursday, July 22, 2010

Cinta Dunia Dan Takut Mati




Menurut Imam Al-Ghazali, cinta dunia adalah pangkal segala dosa. Gemerlap dunia seringkali membuat orang tersesat sehingga lupa pada tujuan hidupnya sebagai musafir menuju alam akhirat. Ibarat pemuda yang menunaikan ibadah haji, dia pasti disibukkan dengan segala persiapan, bekalan serta kelengkapan kenderaannya, sehingga akhirnya dia pun tertinggal oleh rombongannya dan gagal menunaikan ibadah haji, malah menjadi mangsa oleh binatang buas di padang pasir,

Cinta dunia dan takut mati (hubbuddunya wa karohiatul maut) adalah dua hal yang menyebabkan umat Islam tidak bermartabat. Dalam sebuah hadith yang sangat popular, Nabi Saw menyebut “penyakit umat” itu diistilahkan sebagai “al-wahn”. Kerana penyakit itu, umat Islam menjadi seperti buih di lautan yang terumbang-ambing. Maksudnya, umat Islam menjadi tidak punya pendirian, mengorbankan idealisme, bersikap pragmatisme, terbawa arus, dan menyimpang dari jalan yang sudah digariskan Allah Taala (syariat Islam).

Sebenarnya, Islam tidak melarang umatnya untuk menikmati kesenangan duniawi, asalkan berada dalam batas-batas yang telah digariskan Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya,


وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah apa-apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerosakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerosakan” (Al-Qashash: 77)

Rasulullah Saw membimbing umatnya bagaimana sebaiknya menyelaraskan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat agar kita dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat,bekerjalah engkau untuk duniamu seolah-seolah engkau hidup selamanya dan beramallah engkau untuk akhiratmu seolah-olah engkau mati esok.

Islam tidak mengharamkan umatnya untuk hidup berlimpah harta dan menikmati kesenangan duniawi. Asalkan semua itu dicapai dengan jalan halal, lalu membayarkan zakat, mengeluarkan infak dan sedekah, membantu kaum lemah, tidak menjadikan kekayaan itu sebagai tujuan hidup, dan tidak lalai dari mengingati Allah.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”(Al- Munafiqun:9)


Islam menggalakkan umatnya mencari rezeki yang digunakan untuk memenuhi segala keperluan. Islam menilai, usaha dengan bekerja sendiri merupakan sesuatu yang amat mulia, sedangkan mengemis merupakan sesuatu yang hina.

Janganlah sampai umat Islam terlena dengan kenikmatan dunia, sehingga melupakan peraturan Allah dan kehidupan akhirat. Jika itu terjadi, ini bermakna umat Islam terkena penyakit “cinta dunia”, iaitu menjadikan dunia sebagai tujuan hidup. Padahal, harta, kedudukan, atau hal duniawi lainnya itu hanyalah perkakas untuk menggapai kehidupan bahagia dunia-akhirat. Bahkan, kehidupan dunia ini hanyalah “permainan”.


اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَنَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِعَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَاإِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."(Al-Hadid:20).






Dunia berasal dari kata kerja “danaa” yang bermaksud dekat. Hal ini menunjukkan, urusan dunia adalah urusan yang kenikmatannya hanya dapat dirasakan di dunia ini. Orang yang sibuk dengan urusan dunia bererti orang yang sibuk dengan urusan-urusan yang kenikmatannya hanya dapat dirasakan di dunia ini, bahkan ianya bertentangan dengan usaha pencapaian kenikmatan ukhrawi.

Dalam sebuah hadith, Rasulullah menyatakan, orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan (cita-cita hidupnya), maka dia tidak akan mendapat apa-apa pun daripada Allah, justeru itu, dia akan senantiasa menyeksa hatinya dengan empat perkara: kesusahan yang tidak putus-putus, kesibukan yang tiada akhirnya, kemiskinan yang tidak mungkin dapat mencapai kekayaan, dan angan-angan yang tidak akan sampai tujuannya selama-lamanya.

Dalam hadith yang lain Rasulullah menggambarkan nasib orang yang cinta dunia di akhirat kelak. “Kelak pada hari kiamat akan datang satu kaum yang amal perbuatan mereka seperti Gunung Tihamah, tetapi mereka diiring ke neraka,” ujar Rasulullah. Para sahabat bertanya: “Adakah termasuk orang yang mengerjakan solat, Ya Rasulallah?” Rasulullah menjawab: “Ya, mereka bersolat, berpuasa, dan bangun di sepertiga malam. Dan bila ditawarkan nilai dunia, maka mereka bergegas merebutnya”.

No comments:

Post a Comment